The Mannequin
Udah lama gak post lagi hehe..
Penyakit 'M' alias males terus nempel dan gak bisa pergi soalnya...
SKIP.!!!
Hari ini gue sempetin buat posting satu cerpen yang pernah gue buat di akhir tahun 2017 lalu. Cerpen ini pernah juga dibacain di segmen horror salah satu radio terkenal di Kota Bandung.
Dan pada akhir tahun 2018, cerpen ini bener - bener gue alamin sendiri saat gue bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta.
Langsung aja, ini dia ceritanya...
Penyakit 'M' alias males terus nempel dan gak bisa pergi soalnya...
SKIP.!!!
Hari ini gue sempetin buat posting satu cerpen yang pernah gue buat di akhir tahun 2017 lalu. Cerpen ini pernah juga dibacain di segmen horror salah satu radio terkenal di Kota Bandung.
Dan pada akhir tahun 2018, cerpen ini bener - bener gue alamin sendiri saat gue bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta.
Langsung aja, ini dia ceritanya...
The Mannequin
Matahari mulai tergelincir di ufuk barat sana. Ia lelah dan ingin terlelap sejenak. Mengumpulkan energi untuk bersinar lagi esok pagi.Tapi tidak dengan aku.
Tepat pukul 20.10 tadi, teman terakhirku di sini meninggalkan meja kerjanya dan pamit pulang padaku.
Ya, tinggal aku sendirian di sini!
Di sebuah bangunan kuno yang disulap menjadi butik cantik berkonsep klasik.
Aku tidak tahu pasti, apa alasan
sang pemilik memilih tempat ini untuk dijadikan butik. Sudah banyak rumor tak
sedap yang ku dengar tentang tempat ini.
Disaat suasana kota semakin gelap,
senyap dan semuanya terlelap, aku masih berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang
harus ku selesaikan malam ini juga.
Aku melihat jam di pojok kanan
laptopku sudah menunjukkan pukul 23.08. Pantas saja, kedua mataku seolah
berontak, mengajakku untuk segera terlelap.
Mungkin, secangkir kopi hangat akan
membantuku terlepas dari kantuk yang seharusnya tidak datang secepat ini.
Aku beranjak menuju pantry.
Sekembalinya aku ke meja kerja
membawa secangkir kopi hangat, indra pendengaranku terganggu pada satu suara
aneh. Suara seperti gesekan 2 benda.
Suara itu terdengar dari arah ruang
depan. Aku bergegas menghampiri sumber suara itu. Aku khawatir ada seseorang
yang sengaja masuk atau ada sekelompok pencuri yang sedang menyatroni butik
ini.
Aku melangkah pelan dan mengamati
sekitar ruangan yang penuh dengan lemari kostum dan boneka manekin.
Aku mencari saklar dan mencoba
menghidupkan lampu di ruangan itu. Arghh!! Kenapa lampunya tak mau menyala
disaat seperti ini?
Aku mengambil alternatif dengan
menyalakan senter dari telepon genggamku. Aku mengarahkan senter kecil itu ke
setiap sisi ruangan. Tidak ada siapa-siapa, kecuali aku.
Aku terpaku pada satu boneka manekin
yang terletak di sudut ruangan. Posisi tubuhnya tidak sama dengan posisi tubuh
boneka manekin yang lainnya.
Aku beranjak menghampiri boneka
manekin itu untuk mengubah posisinya.
Ya Tuhan!!
Tangannya perlahan bergerak dengan
sendirinya.!! Arah tangan yang perlahan turun kebawah.
Aku sontak terkejut hingga
menjatuhkan telepon genggam yang menjadi sumber pencahayaanku.
Kemudian, ia menggerakkan kepalanya
sedikit demi sedikit. Semakin jelas, arah kepalanya searah pada tempatku
berdiri.
Aku hanya bisa menelan ludah. Kedua
bola mataku seakan terkunci pada satu arah, yaitu ke arah boneka itu.
Ya Tuhan...
Aku mencoba melangkah mundur.
Selangkah demi selangkah dengan hati-hati.
Aku menabrak sesuatu di belakangku
hingga menimbulkan suara gaduh. Sesuatu menggelinding di depan kakiku.
Sebuah kepala boneka maneken dengan
wig yang terlepas berhasil membuatku berteriak histeris. Aku refleks
menendang-nendang benda itu.
Aku terjatuh, berangsur mundur
hingga punggungku menempel ke kaki meja yang ada di ruangan itu.
Aku masih teriak sejadi-jadinya,
berharap seseorang di luar sana mengndengar teriakanku lalu menghampiriku
disini.
Namun percuma saja. Ini tengah
malam, tidak akan ada yang mendengarku.
Aku berusaha mencari ponselku yang
terjatuh tadi. Sayang, senter telefon genggamku sudah meredup dan mati.
Aku meraba lantai, mencoba
mencarinya. Namun, aku malah meraba kepala manekin yang terjatuh tadi.
Ekspresinya sangat cantik. Apalagi ketika ia tersenyum padaku.
Aku merasa pusing, dunia ini
berputar. Aku tak sadarkan diri.
Ternyata benar, rumor yang beredar
selama ini. Betapa menyeramkannya tempat ini. Kejadian malam itu membuat aku
berpikir 2 kali untuk melanjutkan karier di butik itu.
Aku memilih untuk resign dari butik itu. Semoga, teman-
teman yang lain tidak ada yang mengalami pengalaman yang kualami malam itu.
Selamat bekerja, kawan.
***

Komentar
Posting Komentar